JAKARTA - Harga batu bara mayoritas menunjukkan penguatan pada perdagangan Rabu, 22 Oktober 2025, meski terdapat fluktuasi di beberapa kontrak.
Pergerakan ini terutama didorong oleh prospek permintaan dari pasar Asia, khususnya China dan India, yang menjadi konsumen utama batu bara global. Penguatan harga ini menjadi sinyal positif bagi produsen batu bara, termasuk Indonesia, di tengah dinamika pasar energi global.
Harga batu bara Newcastle untuk kontrak Oktober 2025 tercatat turun tipis sebesar US$ 0,3 menjadi US$ 103,7 per ton. Sementara itu, kontrak November naik US$ 0,2 menjadi US$ 106,7 per ton, dan kontrak Desember menguat US$ 0,3 menjadi US$ 108,25 per ton.
Di sisi lain, harga batu bara Rotterdam untuk Oktober 2025 melemah US$ 0,25 menjadi US$ 91,8 per ton, namun kontrak November naik US$ 0,35 menjadi US$ 95 per ton, sedangkan Desember 2025 terkerek US$ 1 menjadi US$ 96,5 per ton.
Tren Harga Batu Bara Global dan Regional
Secara keseluruhan, harga batu bara termal global menunjukkan stabilitas, meskipun terdapat tekanan karena surplus stok di beberapa negara. Di sisi lain, batu bara metalurgi mendapat dukungan dari prospek permintaan yang meningkat di Asia. Laporan S&P Global mencatat bahwa pasar batu bara metalurgi sedang menanti kenaikan permintaan impor dari China pada kuartal IV 2025, yang diperkirakan akan mendongkrak harga dan volume perdagangan.
Sementara itu, di pasar regional, benchmark harga batu bara Indonesia untuk periode awal Oktober 2025 mengalami kenaikan sekitar 3,33 persen. Hal ini menunjukkan bahwa meski terdapat fluktuasi jangka pendek, prospek ekspor batu bara Indonesia masih cukup menjanjikan, didukung oleh permintaan Asia yang terus meningkat.
Faktor Permintaan dari China dan India
Permintaan dari China dan India menjadi faktor utama yang menstabilkan harga batu bara di pasar global. China, sebagai konsumen terbesar, tengah memperkuat impor batu bara untuk kebutuhan industri dan energi. Begitu pula India, yang melaporkan peningkatan stok batu bara pembangkit listrik mencapai 44,7 juta ton per 17 Oktober 2025, naik 31 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kenaikan stok di India memberikan tekanan jangka pendek pada harga batu bara termal karena kebutuhan impor sementara bisa menurun. Meski demikian, tren konsumsi batu bara jangka panjang di kedua negara diperkirakan tetap tinggi, sehingga pasar global tetap memiliki potensi pertumbuhan.
Stok Batu Bara dan Tekanan Pasar
Meski ada dukungan permintaan, harga batu bara global juga menghadapi tekanan dari akumulasi stok yang cukup besar. Data menunjukkan batu bara termal turun ke level sekitar US$ 103,45 per ton, yang merupakan titik terendah sejak September 2025. Tekanan ini menjadi pengingat bahwa fluktuasi harga masih akan terus terjadi, tergantung pada keseimbangan antara stok domestik dan permintaan impor.
Selain itu, variasi harga batu bara antara kontrak Newcastle dan Rotterdam menunjukkan adanya perbedaan kondisi pasar regional. Hal ini menegaskan bahwa harga batu bara global tidak seragam dan dapat dipengaruhi oleh faktor logistik, distribusi, dan kebijakan perdagangan masing-masing negara.
Prospek Perdagangan Batu Bara Indonesia
Bagi Indonesia, penguatan harga batu bara di pasar global memberikan peluang untuk meningkatkan ekspor dan pendapatan negara. Dengan adanya permintaan stabil dari China dan India, Indonesia bisa memanfaatkan momen ini untuk memperkuat posisi sebagai salah satu eksportir batu bara utama dunia.
Selain itu, produsen batu bara Indonesia perlu memantau fluktuasi harga termal dan metalurgi secara ketat agar strategi produksi dan ekspor tetap optimal. Dukungan kebijakan pemerintah terkait ekspor, transportasi, dan logistik akan sangat menentukan daya saing batu bara Indonesia di pasar internasional.
Kesimpulannya, meskipun terdapat tekanan jangka pendek dari stok berlebih di beberapa negara, prospek harga batu bara masih didukung oleh permintaan kuat dari Asia, terutama China dan India. Tren ini menjadi indikasi positif bagi pelaku usaha dan pemerintah untuk mendorong ekspor dan pemanfaatan sumber daya energi nasional secara berkelanjutan.