Harga Minyak Dunia 30 Oktober 2025 Turun Tipis Menyongsong Pertemuan AS-China

Kamis, 30 Oktober 2025 | 11:33:26 WIB
Harga Minyak Dunia 30 Oktober 2025 Turun Tipis Menyongsong Pertemuan AS-China

JAKARTA - Harga minyak dunia mengalami koreksi tipis pada awal perdagangan Kamis, 30 Oktober 2025, seiring pasar menunggu hasil pertemuan tingkat tinggi antara Amerika Serikat (AS) dan China..

Investor dan pelaku pasar energi berharap pertemuan ini dapat menurunkan ketegangan perdagangan yang selama ini membebani prospek pertumbuhan ekonomi global dan permintaan energi.

Pergerakan Harga di Pasar Global

Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent terpantau turun 3 sen atau 0,05% ke level US$ 64,89 per barel, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) melemah 11 sen atau 0,18% menjadi US$ 60,37 per barel. Pergerakan tipis ini mencerminkan sikap menunggu investor yang berhati-hati menjelang negosiasi perdagangan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.

Pertemuan yang dijadwalkan berlangsung di Busan, Korea Selatan, di sela Konferensi Tingkat Tinggi APEC, menjadi sorotan karena keduanya diharapkan dapat mencapai kesepakatan yang menurunkan tarif dan ketegangan dagang. Sebelumnya, Trump menyebut kemungkinan pengurangan tarif terhadap produk China jika Beijing berkomitmen menekan ekspor bahan kimia prekursor pembuat fentanil, yang sempat menimbulkan optimisme di pasar komoditas.

Pengaruh Kebijakan Moneter terhadap Komoditas

Selain faktor perdagangan, pergerakan harga minyak juga dipengaruhi kebijakan moneter AS. Federal Reserve (The Fed) baru saja menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, sesuai ekspektasi. Namun, Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa pemangkasan ini kemungkinan menjadi yang terakhir pada tahun ini, mengingat keterbatasan data ekonomi akibat sebagian penutupan pemerintah AS.

Kepala Ekonom Rystad Energy, Claudio Galimberti, menilai bahwa langkah The Fed menunjukkan pergeseran kebijakan menuju fase reflasi dan dukungan pertumbuhan yang lebih bertahap. “Kebijakan ini memberi angin segar bagi komoditas yang sensitif terhadap aktivitas ekonomi,” kata Galimberti. Pernyataan ini menekankan hubungan erat antara kebijakan moneter dengan volatilitas pasar energi, termasuk harga minyak.

Data Stok Minyak AS sebagai Indikator Pasar

Kinerja harga minyak juga dipengaruhi laporan persediaan minyak mentah Amerika Serikat. Berdasarkan data Energy Information Administration (EIA), stok minyak mentah AS turun 6,86 juta barel menjadi 416 juta barel pada pekan yang berakhir 24 Oktober. Penurunan ini jauh lebih besar dibandingkan ekspektasi pasar sebesar 211.000 barel.

Penurunan stok yang signifikan ini mendorong harga minyak naik pada sesi sebelumnya, di mana Brent dan WTI masing-masing naik 52 sen dan 33 sen. Kondisi ini menunjukkan bahwa permintaan minyak yang kuat dapat mendorong harga, walaupun sentimen global terkait perdagangan dan kebijakan moneter tetap menjadi faktor penahan volatilitas yang besar.

Pasar Menunggu Sinyal Positif dari Negosiasi Dagang

Secara keseluruhan, pasar minyak bergerak hati-hati menjelang pertemuan AS-China. Investor menanti sinyal positif dari kedua negara terkait pengurangan ketegangan perdagangan. Dampak dari pertemuan ini diprediksi akan memengaruhi permintaan minyak jangka pendek hingga menengah, terutama jika tercapai kesepakatan yang mendukung stabilitas ekonomi global.

Pergerakan harga yang tipis juga menunjukkan bahwa pasar saat ini sangat sensitif terhadap kombinasi faktor geopolitik dan ekonomi, termasuk stok minyak, kebijakan moneter, dan prospek pertumbuhan global. Investor dan pelaku industri energi tetap mengamati setiap perkembangan yang bisa memicu perubahan harga secara cepat.

Dengan kondisi ini, analis menekankan bahwa harga minyak berpotensi tetap fluktuatif hingga hasil pertemuan AS-China jelas. Optimisme terhadap potensi kesepakatan dagang dan dukungan moneter bisa mendorong harga naik, sedangkan ketidakpastian atau pernyataan negatif dari kedua pihak berpotensi menekan harga lebih lanjut.

Terkini